Markas PMI Kabupaten Blora

Markas PMI Kabupaten Blora

TOTALITAS TANPA BATAS UNTUK KEMANUSIAN

Kamis, 25 September 2014

Pada 17 September 2014 organisasi Palang Merah Indonesia  (PMI) genap berusia 69 tahun, tepat satu bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.  Di tengah usia yang sudah 69 tahun itulah nampaknya eksistensi PMI dalam bidang kemanusiaan dan penanggulanan bencana ataupun pertolongan pertama tidak terbantahkan lagi.  Banyak peran yang dilakukan oleh relawan-relawan PMI yang ada, tak heran bila dibeberapa daerah PMI kerap menjadi tumpuan dalam setiap ada bencana yang datang.
Totalitas Tanpa Batas Untuk Kemanusiaan itulah tema yang diusung oleh PMI Blora dengan kegiatan Jumpa Bhakti Gembira PMR dan Temu Karya KSR/Relawan selama tiga hari di Lapangan Markas Yonif 410/Alugoro Blora. Setidaknya ada sekitar 600 anggot PMR, KSR,  Relawan hadir mengikuti Jumbara, mereka berbagi pengetahuan, berbagi pengalaman dalam bidang kepalangmerahan dan kemanusiaan yang selama ini mereka lalukan dan tentunya beradu kemampuan untuk menjadi yang terbaik dengan semangat kekeluargaan dan kesamaan.
Seperti yang diungkapkan oleh Ketua PMI Blora Umi Kulsum bahwa Totalitas Tanpa Batas Untuk Kemanisiaan ditujukan untuk kembali meneguhkan nilai-nilai kemanusian dan kesukarelaan yang telah ada sejak lama, dan nampaknya memang sangat pas untuk kembali meneguhkan dan membingkai PMI agar selalu menjunjung tinggi rasa kemanusiaan dan kesetiakawanan sosial ditengah semakin memudarnya kedua rasa tersebut dikalangan masyarakat kita saat ini.
Sekedar mengingakan sejarah bahwa kemunculan PMI tidak lepas dari terbentuknya International Comitte Red Cros (ICRC) atau Komite Internasioanal Palang Merah  pada bulan oktober 1863 yang saat itu dipelopori oleh J Henry Dunant yang fokus pada pemberian pertolongan terhadap korban perang dan disaat damai, dengan membentuk organisasi sukarela yang disiapkan dimasa damai untuk menolong korban perang serta membuat perjanjian internasional untuk melindungi korban perang
Saat itu Henry Dunant merasa ngeri dan prihatin setelah melihat dan menyaksikan langsung betapa banyaknya korban perang dalam pertempuran Solferino 1858 yang mengakibatkan banyak korban luka dan meninggal.  Dari peristiwa Solferino itulah dirinya mengajak penduduk untuk merawat para korban agar bisa kembali menikmati kehidupan. Henry Dunant sendiri saat itu merupakan orang yang kaya namun sangat terpanggil dan peduli akan kemanusiaan. 
Semangat kemanusiaan itulah kemudian muncul diseluruh Negara termasuk di Indonesia dimana pada tahun 1932 sudah berencana membentuk Badan Palang Merah Indonesia namun saat itu ditentang Belanda, dan mengalami nasib yang sama ditahun 1940 karena dianggap belum mampu.
Baru setelah merdeka, Presiden Sukarno memerintahkan Menkes saat itu dr Buntaran membentuk Badan Palang Merah Nasional pada 3 September 1945, kemudian akhirng Menkes pada 5 September membentuk panitia lima, sebelum akhirnya pada 17 September 1945 secara resmi PMI berdiri dan Presiden langsung melantik Moh Hatta sebagai ketua PMI yang pertama.
Sejarah panjang memang telah dilalui PMI hingga berusia 69 tahun dan tetap menjadi organisasi yang independent dan itu telah teruji sampai saat ini dikarenakan PMI selalu mengedepankan sebagai organisasi kemanusiaan yang professional, tanggap dan cintai masyarakat.
Peran PMI dulu dan sekarang sangat berbeda jauh, sebab saat ini merupakan situasi damai dimana perang tidak ada. Sehingga peran dibidang kemanusiaan memang menjadi totalitas yang tidak terelakkan, sekaligus Kemanusiaan menjadi prinsip dasar yang pertama dilakukan oleh seluruh pengurus, relawan PMI.
Di  Blora yang belum memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), peran kemanusiaan PMI semakin kentara, bahkan seakan menjadi tempat bagi masyarakat untuk meminta bantuan jika terjadi bencana. Pun demikiian saat ada bencana PMI hadir selalu yang terdepan dan tercepat dalam melakukan tindakan pencegahan dan penyelamatan dilokasi bencana. Dengan Satuan Tanggap Bencana (Satgana) yang sudah terbentuk di beberapa kecamatan yang memang rawan akan bencana.  Adanya Satgana ternyata mampu bergerak dengan cepat dalam situasi apapun. Aksi cepat ditunjukkan seperti saat adanya abu letusan gunung kelud yang sampai di Blora PMI langsung membangikan masker kepada masyarakat, evakuasi banjir akibat luapan sungai bengawan solo di Kecamatan Cepu dan sekitar, termasuk membantu dalam pengaturan lalu lintas saat banjir dan juga dalam lebaran dan tahun baru, juga memadamkan hutan yang terbakar dan sejumlah aksi kemanusiaan lainnya. PMI selalu tampil untuk bisa memberikan pelayanan kemanusiaan kepada masyarakat.
Saat tidak ada bencana, PMI Blora juga selalu memeberikan pelayanan kemanusiaan kepada masyarakat dalam berbagai bentuk, seperti pemeriksaan kesehatan gratis kepada masyarakat desa yang terpencil dan jauh dari akses fasilitas kesehatan, serta mendirikan posko kesehatan dan pertolongan pertama dalam setiap event kegiatan. Dari hal-hal itulah maka PMI akan memberikan kontribusi yang nyata kepada masyarakat. Dengan demikian maka masyarakat akan dekat dan merasa memiliki PMI.
Nah tentunya dengan kiprah PMI bisa dimana saja dan adanya relawan mulai PMR, KSR dan Satuan Tanggap Bencana (Satgana) mereka inilah yang akan menjadi harapan untuk terus tatal tanpa batas untuk kemanusiaan kepada masyarakat dimanapun berada dan dalam kondisi apapun, dimasa yang akan datang dan sekarang.
PMI sebagai organisasi kemanusiaan harus selalu mampu menyediakan dan membantu masyarakat yang membutuhkan dengan mendasarkan pada kemanusiaan, kesamaan, kenetralan, kemandirian, kesukarelaan, kesatuan dan kesemestaan. 

Oleh : Sugie Rusyono, S.IP

*) Relawan PMI Blora

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kritik dan Saran anda.

 

Facebook PMI Blora

Daftar Tamu