Pada 17 September
2014 organisasi Palang Merah Indonesia
(PMI) genap berusia 69 tahun, tepat satu bulan setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Di tengah usia
yang sudah 69 tahun itulah nampaknya eksistensi PMI dalam bidang kemanusiaan
dan penanggulanan bencana ataupun pertolongan pertama tidak terbantahkan
lagi. Banyak peran yang dilakukan oleh
relawan-relawan PMI yang ada, tak heran bila dibeberapa daerah PMI kerap
menjadi tumpuan dalam setiap ada bencana yang datang.
Totalitas Tanpa Batas
Untuk Kemanusiaan itulah tema yang diusung oleh PMI Blora dengan kegiatan Jumpa
Bhakti Gembira PMR dan Temu Karya KSR/Relawan selama tiga hari di Lapangan
Markas Yonif 410/Alugoro Blora. Setidaknya ada sekitar 600 anggot PMR,
KSR, Relawan hadir mengikuti Jumbara,
mereka berbagi pengetahuan, berbagi pengalaman dalam bidang kepalangmerahan dan
kemanusiaan yang selama ini mereka lalukan dan tentunya beradu kemampuan untuk
menjadi yang terbaik dengan semangat kekeluargaan dan kesamaan.
Seperti yang
diungkapkan oleh Ketua PMI Blora Umi Kulsum bahwa Totalitas Tanpa Batas Untuk
Kemanisiaan ditujukan untuk kembali meneguhkan nilai-nilai kemanusian dan
kesukarelaan yang telah ada sejak lama, dan nampaknya memang sangat pas untuk
kembali meneguhkan dan membingkai PMI agar selalu menjunjung tinggi rasa kemanusiaan
dan kesetiakawanan sosial ditengah semakin memudarnya kedua rasa tersebut
dikalangan masyarakat kita saat ini.
Sekedar mengingakan
sejarah bahwa kemunculan PMI tidak lepas dari terbentuknya International
Comitte Red Cros (ICRC) atau Komite Internasioanal Palang Merah pada bulan oktober 1863 yang saat itu
dipelopori oleh J Henry Dunant yang fokus pada pemberian pertolongan terhadap korban
perang dan disaat damai, dengan membentuk organisasi sukarela yang disiapkan
dimasa damai untuk menolong korban perang serta membuat perjanjian
internasional untuk melindungi korban perang
Saat itu Henry Dunant
merasa ngeri dan prihatin setelah melihat dan menyaksikan langsung betapa
banyaknya korban perang dalam pertempuran Solferino 1858 yang mengakibatkan
banyak korban luka dan meninggal. Dari
peristiwa Solferino itulah dirinya mengajak penduduk untuk merawat para korban
agar bisa kembali menikmati kehidupan. Henry Dunant sendiri saat itu merupakan
orang yang kaya namun sangat terpanggil dan peduli akan kemanusiaan.
Semangat kemanusiaan
itulah kemudian muncul diseluruh Negara termasuk di Indonesia dimana pada tahun
1932 sudah berencana membentuk Badan Palang Merah Indonesia namun saat itu
ditentang Belanda, dan mengalami nasib yang sama ditahun 1940 karena dianggap
belum mampu.
Baru setelah merdeka,
Presiden Sukarno memerintahkan Menkes saat itu dr Buntaran membentuk Badan
Palang Merah Nasional pada 3 September 1945, kemudian akhirng Menkes pada 5
September membentuk panitia lima, sebelum akhirnya pada 17 September 1945
secara resmi PMI berdiri dan Presiden langsung melantik Moh Hatta sebagai ketua
PMI yang pertama.
Sejarah panjang
memang telah dilalui PMI hingga berusia 69 tahun dan tetap menjadi organisasi
yang independent dan itu telah teruji sampai saat ini dikarenakan PMI selalu
mengedepankan sebagai organisasi kemanusiaan yang professional, tanggap dan
cintai masyarakat.
Peran PMI dulu dan
sekarang sangat berbeda jauh, sebab saat ini merupakan situasi damai dimana
perang tidak ada. Sehingga peran dibidang kemanusiaan memang menjadi totalitas
yang tidak terelakkan, sekaligus Kemanusiaan menjadi prinsip dasar yang pertama
dilakukan oleh seluruh pengurus, relawan PMI.
Di Blora yang belum memiliki Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD), peran kemanusiaan PMI semakin kentara, bahkan seakan
menjadi tempat bagi masyarakat untuk meminta bantuan jika terjadi bencana. Pun demikiian
saat ada bencana PMI hadir selalu yang terdepan dan tercepat dalam melakukan
tindakan pencegahan dan penyelamatan dilokasi bencana. Dengan Satuan Tanggap
Bencana (Satgana) yang sudah terbentuk di beberapa kecamatan yang memang rawan
akan bencana. Adanya Satgana ternyata
mampu bergerak dengan cepat dalam situasi apapun. Aksi cepat ditunjukkan
seperti saat adanya abu letusan gunung kelud yang sampai di Blora PMI langsung
membangikan masker kepada masyarakat, evakuasi banjir akibat luapan sungai
bengawan solo di Kecamatan Cepu dan sekitar, termasuk membantu dalam pengaturan
lalu lintas saat banjir dan juga dalam lebaran dan tahun baru, juga memadamkan
hutan yang terbakar dan sejumlah aksi kemanusiaan lainnya. PMI selalu tampil
untuk bisa memberikan pelayanan kemanusiaan kepada masyarakat.
Saat tidak ada
bencana, PMI Blora juga selalu memeberikan pelayanan kemanusiaan kepada masyarakat
dalam berbagai bentuk, seperti pemeriksaan kesehatan gratis kepada masyarakat
desa yang terpencil dan jauh dari akses fasilitas kesehatan, serta mendirikan
posko kesehatan dan pertolongan pertama dalam setiap event kegiatan. Dari
hal-hal itulah maka PMI akan memberikan kontribusi yang nyata kepada
masyarakat. Dengan demikian maka masyarakat akan dekat dan merasa memiliki PMI.
Nah tentunya dengan
kiprah PMI bisa dimana saja dan adanya relawan mulai PMR, KSR dan Satuan
Tanggap Bencana (Satgana) mereka inilah yang akan menjadi harapan untuk terus
tatal tanpa batas untuk kemanusiaan kepada masyarakat dimanapun berada dan
dalam kondisi apapun, dimasa yang akan datang dan sekarang.
PMI sebagai
organisasi kemanusiaan harus selalu mampu menyediakan dan membantu masyarakat
yang membutuhkan dengan mendasarkan pada kemanusiaan, kesamaan, kenetralan,
kemandirian, kesukarelaan, kesatuan dan kesemestaan.
Oleh : Sugie Rusyono,
S.IP
*) Relawan PMI Blora
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kritik dan Saran anda.